Senin, 12 Maret 2018

PEST Analysis sebagai Strategi Peningkatan Pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana PEST analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB). Fokus penelitian pada analisis faktor eksternal yang mempengaruhi PTKB ditinjau dari politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi, yang selanjutnya digunakan dalam menentukan strategi guna peningkatan pelayanan PTKB.

Penelitian kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Subjek penelitian terdiri dari dosen, mahasiswa, dan para pemegang kebijakan manajemen perguruan tinggi. Objek penelitian meliputi berbagai faktor eksternal organisasi ditinjau dari faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Analisis data menggunakan model miles and huberman. Analisis lingkungan eksternal dengan PEST Analysis dan Value Chain Analysis digunakan untuk menentukan proses utama dan pendukung PTKB. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data skunder menjadi data penting dalam penelitian untuk mencari faktor eksternal makro PTKB.

Hasil penelitian menunjukan strategi peningkatan pelayanan PTKB melalui pendidikan dan pembelajaran yaitu: (1) restrukturisasi dan manajemen kurikulum, (2) adopsi teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, (3) forum dan diskusi ilmiah antar-PTKB, (5) program beasiswa dan bantuan pendidikan, (6) kerja sama antar-PTKB, (7) pembinaan kerukunan antarumat beragama, penerapan metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa, (8) workshop, pelatihan, bimbingan teknologi informasi dalam pembelajaran (9) peningkatan kualifikasi dosen, dan (10) keterlibatan masyarakat dalam proses pembelajaran. Strategi bidang penelitian dilakukan dengan memberikan kontribusi nyata penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis kebutuhan dan pemberdayaan. Bidang pengabdian masyarakat dengan berbagai kegiatan yang lebih menekankan pada dimensi sosial perguruan tinggi sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi serta melakukan pelatihan dan bimbingan dengan perkembangan TIK. Strategi bidang pendukung PTKB seperti: (1) pendanaan dengan perencanaan kebutuhan dan berbasis program, (2) update informasi peraturan serta kebijakan pendidikan dan PTKB, (3) peran maksimal kinerja divisi kepegawaian, (4) studi lanjut dosen dan tenaga kependidikan, (5) penerimaan pegawai, (6) koordinasi yang baik PTKB dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, (7) membentuk SDM TI serta divisi manajemen sistem informasi dan pangkalan data, dan (8) peningkatan sarana prasarana, infrastruktur teknologi serta sesosialisasi, promosi, dan publikasi PTKB secara berkelanjutan.


PEST Analysis sebagai Strategi Peningkatan Pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha
Sumber Gambar: Strategic Management Insight, PEST & PESTEL Analysis
https://www.strategicmanagementinsight.com/tools/pest-pestel-analysis.html

Pendidikan tinggi merupakan gerbang utama pencetak insan intelektual melalui berbagai proses yang dilakukan. Perkembangan agama tidak terlepas dari peran masyarakat intelektual dengan berbagai kompetensi yang dimiliki. Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha (PTKB) menjadi basis utama dalam pendidikan tinggi, penemuan, dan riset baru yang digunakan dalam mendukung pelayanan bidang agama dan keagamaan Buddha. Peran strategis perguruan tinggi (negeri maupun swasta) mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) intelektual tidak terlepas dari permasalahan internal maupun eksternal perguruan tinggi. Lingkungan eksternal perguruan tinggi berpengaruh besar terhadap perkembangan, operasional, pelayanan, dan jasa pendidikan yang diberikan.
Perubahan lingkungan perguruan tinggi terjadi melalui pergeseran paradigma, manajemen pengelolaan, dan persaingan pendidikan. Perubahan paradigma pendidikan terjadi akibat globalisasi dan arus perkembangan teknologi informasi. Globalisasi menjadi tantangan dan permasalahan bagi masa depan perguruan tinggi, menjadi pertanyaan utama perguruan tinggi dalam melaksanakan proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Globalisasi harus dipahami dan dianalisis sebagai situasi multidimensi meliputi berbagai bidang kegiatan dan interaksi ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi, etik, lingkungan, dan personal.
Dinamika politik/hukum, perekonomian masyarakat, pergeseran dan perubahan sosial, serta kemajuan teknologi memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan perguruan tinggi dalam menjalankan tugas dan fungsi. PEST analysis memberikan gambaran situasi dan kondisi lingkungan eksternal ditinjau dari faktor politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi. Fakta menampilkan kendala PTKB di Indonesia tidak lepas dari faktor politik (hukum dan perundang-undangan, kebijakan), ekonomi masyarakat, sosial kultural, serta adopsi teknologi yang berkembang dalam dunia pendidikan. Beberapa kendala PTKB seperti: (1) program studi jenjang S2 berstatus tutup pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi dikarenakan tidak dapat memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, (2) penghasilan keluarga dan biaya kuliah berakibat pada menurunnya jumlah mahasiswa, (3) kurangnya penerapan hasil penelitian terhadap pembelajaran dan masyarakat, (4) belum maksimalnya pengabdian berbasis kebutuhan dan pemberdayaan berkelanjutan, (5) lemahnya kepercayaan masyarakat dan daya dukung lingkungan, (6) kurangnya adopsi teknologi dalam meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, serta belum maksimalnya manajemen data dan informasi dalam memenuhi berbagai kebutuhan akademik dan pelaporan.
Dengan analisis mendalam data kualitatif perguruan tinggi serta berbagai faktor politik/hukum, ekonomi, sosial, dan teknologi yang mempengaruhi, PEST analysis memberikan gambaran peluang, ancaman, situasi, dan posisi perguruan tinggi saat ini. Analisis menghasilkan arah perencanaan dan langkah-langkah strategis sebagai dasar implementasi untuk keluar dari hambatan yang ada, serta memberikan pelayanan maksimal dalam proses pendidikan.
Bagaimana PEST Analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan PTKB menjadi permasalahan tersendiri dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan bagaimana PEST Analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan PTKB. Hasil penelitian memiliki kontribusi untuk beberapa aspek yaitu: aspek teori, sistem, teknis atau praktik, kebijakan dan manajemen, serta aspek penelitian lanjutan.

Teori: Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi (Indrajit dan Djokopranoto, 2004: 13). Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Keagamaan Buddha, Pendidikan Keagamaan Buddha adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama Buddha dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Perguruan Tinggi Kegamaan Buddha Negeri (PTKBN) merupakan perguruan tinggi keagamaan Buddha yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah. Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha Swasta (PTKBS) merupakan perguruan tinggi keagamaan Buddha yang didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat. Badan penyelenggara PTKBS adalah badan hukum nirlaba yang dapat berbentuk yayasan/perkumpulan/ perserikatan/paguyuban. PTKB berada dibawah pembinaan Kementerian Agama Republik Indonesia, dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha (Ditjen Bimas Buddha) sebagai pembina teknis. Pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Buddha ikut andil dalam kualitas pendidikan tinggi masyarakat Buddha melalui berbagai kebijakan dalam bentuk keputusan, peraturan, dan pedoman terhadap pelaksanaan PTKB baik negeri maupun swasta.

Rabu, 28 Februari 2018

Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta di Vihara Mendut

Kajian ini didasarkan pada permasalahan tidak adanya deskripsi yang komprehensif mengenai simbol Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma) yang ada di Vihara Mendut. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna secara holistik simbolisasi khotbah pertama yang memuat inti ajaran Buddha yaitu Dhammacakkappavattana Sutta yang terpahat pada media jendela kayu ruang dhammasālā belakang di kompleks Vihara Mendut.

Waluyo
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
sadarsetiapsaat76@gmail.com


Kajian ini menggunakan metode analisis verstehen-interpretation (pemahaman dan interpretasi) dengan prosedur: (a) inventarisasi objek data empiris sebagai simple ideas; (b) pemberian dan penggalian tentang makna yang terkandung pada objek; (c) pemahaman melalui insight; dan (d) interpretasi. Objek material kajian ini adalah dua belas simbol khotbah pertama Buddha yaitu Dhammacakkappavattana Sutta yang terpahat pada jendela kayu sebagai satu rangkaian yang disusun secara berurutan sebagai penjelasan isi khotbah. Keabsahan kajian didasarkan pada konfirmabilitas yang mencerminkan objektivitas kajian.

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (a) khotbah Dhammacakkappavattana Sutta disimbolkan menjadi dua belas ikon atau karakter, yaitu dharmacakra (roda dharma) berjari-jari tiga puluh dan dharmacakra berjari-jari dua belas sebagai pendahuluan, kemudian cakra (roda) dengan tiga senar, dharmacakra berjari-jari delapan, dharmacakra dengan empat mata pisau masing-masing bersisi tebal  dan tipis, dharmacakra berjari-jari dua puluh empat, dharmacakra berjari-jari delapan, simbol teratai, lingkaran bergaris, simbol mata melihat gelombang, simbol mata tunggal, dan gong pecah; (b) simbol-simbol Dhammacakkappavattana Sutta dipahami dan diinterpretasi sebagai rangkaian penjelasan penuh makna yang mencerminkan isi khotbah, yaitu diawali dengan pelaksanaan pāramitā (kebajikan) yang berjumlah sepuluh masing-masing dengan tiga tingkatan, pemahaman hukum dependent origination, dua hal ekstrem yaitu hidup menyiksa diri dan mengumbar hawa nafsu, Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai middle way, pemahaman tentang Empat Kebenaran Ariya, rincian unsur Empat Kebenaran Ariya, Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai jalan yang harus dikembangkan, pelaksanaan sīla sebagai dasar, meditasi konsentrasi, meditasi vipassanā, timbulnya paññā, dan pencapaian Nibbāna.

Hasil simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta yang disederhanakan ke dalam ikon tertentu mempermudah pemahaman mengenai isi khotbah tersebut. Hal ini dapat digunakan sebagai media pendidikan Dharma yang lebih kontekstual dengan bahasa yang mudah dan powerful.

Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta Di Vihara Mendut
Simbolisasi Dhammacakkappavattana Sutta Di Vihara Mendut
This study is based on the absence of a comprehensive description of the symbol of Dhammacakkappavattana Sutta (Sermon on the Dhamma Wheel) in the Mendut Monastery. This study aims to describe the holistic meaning of the symbolization of the first sermon containing the core of the Buddha's teachings, namely the Dhammacakkappavattana Sutta carved on the wooden window of the main dhammasālā  at the Mendut Monastery complex.

This study uses analytical methods of interpretation (understanding and interpretation) with procedures: (a) inventory of empirical data objects as simple ideas; (b) the granting and excavation of the meaning contained in the object; (c) understanding through insight; and (d) interpretation. The object material of this study is the twelve symbols of the first preaching of the Buddha, the Dhammacakkappavattana Sutta, carved in the wooden windows as a series arranged in sequence as an explanation of the content of the sermon. The validity of the study is based on a confirmability that reflects the objectivity of the study.

The results of the study show that: (a) the Dhammacakkappavattana Sutta's sermon is symbolized into twelve icons or characters, namely the dharmacakra with thirty spokes (thirty-dharma wheels) and the dharmacakra with twelve spokes as an introduction, then the dharmacakra with three strings, the dharmacakra with eight spokes, the dharmacakra with four blades in which each has thick and thin sides, the dharmacakra with twenty four spokes, the dharmacakra with eight spokes, the lotus symbol, the striped circle, the eye symbol seeing waves, the single eye symbols, and the broken gongs; (b) the symbols of the Dhammacakkappavattana Sutta are understood and interpreted as a well-organized meaningful explanations reflecting the content of the sermon. They are commenced by cultivating the  pāramitā (virtue) which is ten in number, each of which has three levels, the comprehension of the law of dependent origination, the two extremes namely self-mortification and self-indulgence, the Noble Eightfold Path as the middle way, the realization of the Four Noble Truths, the details of the Four Noble Truths, the Noble Eightfold Path as a path to be developed, the implementation of sīla as the basis, tranquility meditation, vipassanā meditation, the manifestation of paññā, and the attainment of Nibbāna.

The consequence of the Dhammacakkappavattana Symbolization simplified into a particular icon makes it easy to understand the content of the sermon. It can be used as a medium of Dharma education which is more contextual with an easy and powerful language.

Waluyo
Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten
sadarsetiapsaat76@gmail.com

download

Rabu, 31 Januari 2018

Etika Komputer dan Kompetensi Content Evaluation sebagai Strategi Menangkal Radikalisme Guna Meningkatkan Nasionalisme di Era Digital

Bagaimana etika komputer dan kompetensi content evaluation menjadi sebuah strategi menangkal radikalisme menjadi permasalahan dalam kajian ini. Tujuan kajian adalah mendeskripsikan etika komputer dan kompetensi content evaluation sebagai strategi menangkal radikalisme guna meningkatkan nasionalisme di era digital.

Literasi Digital - Etika Komputer
image by: caymancompass.com
Pembahasan dalam kajian ini menggunakan teknis analisis Sintesis Wacana. Analisis terdiri pendahuluan, lanjutan, dan akhir, dengan mempertimbangkan unsur teks, konteks, dan wacana. Sintesis yang dilakukan merupakan kelanjutan dari proses analisis dalam upaya merekonstruksi teks dan konteks. Sintesis dilakukan dengan menggunakan perbandingan, isu-isu, dan fakta dalam rangka menjelaskan implikasi etika komputer dan kompetensi content evaluation dalam menghadapi permasalahan radikalisme di era digital. Penelitian terdahulu, kasus, dan data yang didapatkan dengan teknik Netnography menjadi unsur penting dalam memenuhi subtansi teks dan konteks.

Hasil kajian menampilkan langkah-langkah dalam menangkal radikalisme di era digital, yaitu: a) Perilaku etis penggunaan teknologi, komputer, dan media sosial; b) Formulasi dan justifikasi kebijakan penggunaan teknologi, komputer, dan media sosial; c) Pendidikan etika komputer dan literasi digital; d) Pemahaman content evaluation dalam penggunaan internet dan media sosial; e) Menganalisis latar belakang informasi yang ada di internet juga meliputi identifikasi keabsahan berita dan informasi yang direferensikan media online.

PEST Analysis sebagai Strategi Peningkatan Pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana PEST analysis sebagai strategi peningkatan pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Budd...